a.
Bahasa dan Tulisan
Budaya tulis menggunakan bahasa Sansekerta sengan huruf Pallawa,
yang menjadi dasar dari huruf-huruf lain di Indonesia.
·
Prasasti
ü Prasasti Ciaruteun
ü Prasasti Jambu
ü Prasasti Lebak (Cidanghiang)
ü Prasasti Kebon Kopi
ü Prasasti Tugu
ü Prasasti Pasir Awi
ü Prasasti Muara Cianten
·
Kitab
ü Kakawin Arjuna Wiwaha oleh Mpu Kanwa
ü Kresnayana oleh Mpu Triguna
ü Samanasantaka oleh Mpu Managuna
ü Smaradahana oleh Mpu Darmaja
ü Hariwangsa oleh Mpu Panuluh
ü Gathotkaca Sraya oleh Mpu Panuluh
ü Bharatayuda oleh Mpu Panuluh dan Mpu Sedah
ü Wrestasancaya dan kidung Lubdhaka oleh Mpu Tanakung.
b.
Agama
Adanaya upacara-upacara adat di Indonesia
· Ritual Tiwah, Suku Dayak Kalteng,
yaitu prosesi menghantarkan roh leluhur sanak saudara yang telah meninggal
dunia ke alam baka dengan cara menyucikan dan memindahkan sisa jasad dari liang
kubur menuju sebuah tempat yang bernama sandung.
· Kebo-keboan, prosesi
upacara adat Kebo-keboan yang dilaksanakan setiap tahun oleh warga Desa
Alasmalang
· Rambu Solo, pesta atau
upacara kedukaan /kematian. Adat istiadat yang telah diwarisi oleh masyarakat
Toraja secara turun temurun. Bagi keluarga yang ditinggal wajib membuat sebuah
pesta sebagai tanda penghormatan terakhir pada mendiang yang telah pergi..
· Upacara Tabuik, sebuah
tradisi masyarakat di pantai barat, Sumatera Barat, yang diselenggarakan secara
turun menurun. Upacara ini digelar di hari Asura yang jatuh pada tanggal 10
Muharram, dalam kalender Islam.
·
Ngaben, upacara
pembakaran atau kremasi jenazah umat Hindu Bali.
c.
Politik dan Pemerintahan
Tebentuknya kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia
·
Kerajaan Kutai
·
Kerajaan Tarumanegara
·
Kerajaan Kediri
·
Kerajaan Singosari
·
Kerajaan Majapahit
·
Kerajaan Sriwijaya
·
Kerajaan Mataram Lama
d.
Pendidikan
·
Dalam catatan perjalanan
I-Tsing, menerjemahkan salah satu kitab agama Buddha bersama pendeta Buddha
yang ternama di Sriwijaya, yaitu Satyakirti.
·
Prasasti Nalanda yang dibuat pada sekitar pertengahan abad ke-9, dan ditemukan di
India. Pada prasasti ini disebutkan bahwa raja Balaputradewa dari Suwarnabhumi
(Sriwijaya) meminta pada raja Dewapaladewa agar memberikan sebidang tanah untuk
pembangunan asrama yang digunakan sebagai tempat bagi para pelajar agama Buddha
yang berasal dari Sriwijaya.
·
Pada prasasti Turun Hyang,
yaitu prasasti yang dikeluarkan oleh Raja Airlangga menyebutkan tentang
pembuatan Sriwijaya Asrama oleh Raja Airlangga. Sriwijaya Asrama merupakan
suatu tempat yang dibangun sebagai pusat pendidikan dan pengajaran keagamaan.
·
Surau yang digunakan untuk belajar ilmu agama
e.
Seni tari
Berdasarkan relief-relief yang terdapat pada candi-candi, terutama
candi Borobudur dan Prambanan memperlihatkan adanya bentuk tari-tarian yang
berkembang sampai sekarang. Bentuk-bentuk tarian yang digambarkan dalam relief
memperlihatkan jenis tarian seperti tarian perang, tuwung, bungkuk, ganding,
matapukan (tari topeng). Tari-tarian tersebut tampaknya diiringi dengan
gamelan yang terlihat dari relief yang memperlihatkan jenis alat gamelan yang
terbatas seperti gendang, kecer, gambang, saron, kenong, beberapa macam bentuk
kecapi, seruling dan gong.
f.
Seni relief
Hiasan pada candi atau sering disebut relief yang terdapat pada
candi-candi di Indonesia didasarkan pada cerita-cerita epik yang
berkembang dalam kesusastraan yang bercorak Hindu ataupun Buddha. Pemilihan
epik sebagai hiasan relief candi dikenal pertama kali pada candi Prambanan yang
dibangun pada permulaan abad ke-10.
g.
Seni pertunjukkan
Seni Wayang
Pertunjukan wayang pada masa ini selalu dikaitkan dengan fungsi magisreligius
yaitu sebagai bentuk upacara pemujaan pada arwah nenek moyang yang disebut
Hyang . Kedatangan arwah nenek moyang diwujudkan dalam bentuk bayangan dari
sebuah wayang yang terbuat dari kulit. Lakon wayang pada masa ini lebih banyak
menceritakan tentang kepahlawanan dan petualangan nenek moyang, seperti
lakon-lakon “Dewi Sri” atau “Murwakala”.
Pertunjukan wayang diadakan pada malam hari di tempat-tempat
yang dianggap keramat. Pada masa Hindu-Buddha, kebudayaan pertunjukan wayang
ini terus dilanjutkan dan lebih berkembang lagi dengan cerita-cerita yang lebih
kaya.
Cerita-cerita yang dikembangkan dalam seni wayang kemudian sebagian
besar mengambil epik yang berkembang dari agama Hindu-Buddha terutama cerita
Ramayana dan Mahabharata. Meskipun demikian, tampaknya cerita yang dikembangkan
dalam seni pertunjukan wayang tidak seluruhnya merupakan budaya atau cerita
yang sepenuhnya berasal dari India. Unsur-unsur budaya asli memberikan ciri
tersendiri dan utama dalam seni wayang.
Hal ini terlihat dengan dimasukkannya tokoh-tokoh baru yang kita
kenal dengan sebutan Punakawan. Tokoh-tokoh punakawan seperti Bagong,
Petruk dan Gareng (dalam seni wayang golek disebut Astrajingga atau Cepot,
Dewala dan Gareng) tidak akan kita temukan dalam cerita-cerita epik populer
India seperti Ramayana dan Mahabharata, sebab penciptaan tokoh-tokoh tersebut
asli dari Indonesia.
Munculnya tokoh Punakawan ini untuk pertamakalinya
diperkenalkan oleh Mpu Panuluh yang hidup pada aman kerajaan Kediri. Dalam
karya sastranya yang berjudul Ghatotkacasraya, Mpu Panuluh menampilkan unsur
punakawan yang berjumlah tiga, yaitu Punta, Prasanta dan Juru Deh sebagai hamba
atau abdi tokoh Abhimanyu, putra Arjuna. Dalam karyanya tersebut, Mpu Panuluh
masih menggambarkan tokoh punakawan sebagai tokoh figuran yang kaku dan porsi
cerita terbesar masih dipegang oleh tokoh-tokoh utama.
Pada perkembangan selanjutnya tokoh punakawan ini menjadi tokoh
penting dalam seni pertunjukan wayang, sebab memberikan unsur humor dan lelucon
yang dapat membangun cerita wayang lebih menarik lagi. Dimasukkannya
tokoh-tokoh punakawan juga seakan-akan untuk menggambarkan hubungan antara
bangsa India dengan penduduk asli.
Pembauran budaya asli dengan budaya Hindu-Buddha terlihat juga pada
pencampuradukan antara mitos-mitos lama dengan cerita-cerita baru dari India.
Misalnya dalam kitab Pustaka Raja Purwa menggambarkan dewa-dewa agama Hindu
yang turun ke bumi dan menjadi penguasa di tanah Jawa. Sang Hyang Syiwa menjadi
raja di Medang Kamulan, Sang Hyang Wisnu menggantikan kedudukan Prabu Watu
Gunung dengan gelar Brahma Raja Wisnupati.
h.
Arca dan patung
·
Arca batu Brahma.
·
Arca perunggu Siwa Mahadewa.
·
Arca batu Wisnu.
·
Arca-arca di Prambanan, di
antaranya arca Lorojongrang.
·
Arca perwujudan
Tribhuwanatunggadewi di Jawa Timur.
·
Arca Ganesa, yaitu dewa yang
berkepala gajah sebagai dewa ilmu pengetahuan.
i.
Bangunan
Peninggalan yang menonjol antara
lain berupa candi dan stupa
·
Candi Borobudur di Jawa Tengah,
yang didirikan tahun 770 M.
·
Candi Kalasan di Jawa Tengah,
meru-pakan candi Buddha tertua di Pulau Jawa yang didirikan pada tahun 778 M.
·
Candi Mendut di Jawa Tengah,
yang didirikan pada masa Dinasti Syailendra.
·
Candi Sewu di Jawa Tengah
·
Candi Plaosan di Jawa Tengah.
·
Candi Sumberawan di Jawa Timur.
·
Candi Muara Takus di Sumatra.