Minggu, 14 Februari 2016

Peninggalan Hindu-Budha di Indonesia

a.       Bahasa dan Tulisan
Budaya tulis menggunakan bahasa Sansekerta sengan huruf Pallawa, yang menjadi dasar dari huruf-huruf lain di Indonesia.
·         Prasasti
ü  Prasasti Ciaruteun
ü  Prasasti Jambu
ü  Prasasti Lebak (Cidanghiang)
ü  Prasasti Kebon Kopi
ü  Prasasti Tugu
ü  Prasasti Pasir Awi
ü  Prasasti Muara Cianten

·         Kitab
ü  Kakawin Arjuna Wiwaha oleh Mpu Kanwa
ü  Kresnayana oleh Mpu Triguna
ü  Samanasantaka oleh Mpu Managuna
ü  Smaradahana oleh Mpu Darmaja
ü  Hariwangsa oleh Mpu Panuluh
ü  Gathotkaca Sraya oleh Mpu Panuluh
ü  Bharatayuda oleh Mpu Panuluh dan Mpu Sedah
ü  Wrestasancaya dan kidung Lubdhaka oleh Mpu Tanakung.

b.      Agama
Adanaya upacara-upacara adat di Indonesia
·    Ritual Tiwah, Suku Dayak Kalteng, yaitu prosesi menghantarkan roh leluhur sanak saudara yang telah meninggal dunia ke alam baka dengan cara menyucikan dan memindahkan sisa jasad dari liang kubur menuju sebuah tempat yang bernama sandung.
·      Kebo-keboan, prosesi upacara adat Kebo-keboan yang dilaksanakan setiap tahun oleh warga Desa Alasmalang
·     Rambu Solo, pesta atau upacara kedukaan /kematian. Adat istiadat yang telah diwarisi oleh masyarakat Toraja secara turun temurun. Bagi keluarga yang ditinggal wajib membuat sebuah pesta sebagai tanda penghormatan terakhir pada mendiang yang telah pergi..
·  Upacara Tabuik, sebuah tradisi masyarakat di pantai barat, Sumatera Barat, yang diselenggarakan secara turun menurun. Upacara ini digelar di hari Asura yang jatuh pada tanggal 10 Muharram, dalam kalender Islam.
·         Ngaben, upacara pembakaran atau kremasi jenazah umat Hindu Bali.

c.       Politik dan Pemerintahan
Tebentuknya kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia
·         Kerajaan Kutai
·         Kerajaan Tarumanegara
·         Kerajaan Kediri
·         Kerajaan Singosari
·         Kerajaan Majapahit
·         Kerajaan Sriwijaya
·         Kerajaan Mataram Lama

d.      Pendidikan
·         Dalam catatan perjalanan I-Tsing, menerjemahkan salah satu kitab agama Buddha bersama pendeta Buddha yang ternama di Sriwijaya, yaitu Satyakirti.

·         Prasasti Nalanda yang dibuat pada sekitar pertengahan abad ke-9, dan ditemukan di India. Pada prasasti ini disebutkan bahwa raja Balaputradewa dari Suwarnabhumi (Sriwijaya) meminta pada raja Dewapaladewa agar memberikan sebidang tanah untuk pembangunan asrama yang digunakan sebagai tempat bagi para pelajar agama Buddha yang berasal dari Sriwijaya.

·         Pada prasasti Turun Hyang, yaitu prasasti yang dikeluarkan oleh Raja Airlangga menyebutkan tentang pembuatan Sriwijaya Asrama oleh Raja Airlangga. Sriwijaya Asrama merupakan suatu tempat yang dibangun sebagai pusat pendidikan dan pengajaran keagamaan.

·         Surau yang digunakan untuk belajar ilmu agama

e.      Seni tari
Berdasarkan relief-relief yang terdapat pada candi-candi, terutama candi Borobudur dan Prambanan memperlihatkan adanya bentuk tari-tarian yang berkembang sampai sekarang. Bentuk-bentuk tarian yang digambarkan dalam relief memperlihatkan jenis tarian seperti tarian perang, tuwung, bungkuk, ganding, matapukan (tari topeng). Tari-tarian tersebut tampaknya diiringi dengan gamelan yang terlihat dari relief yang memperlihatkan jenis alat gamelan yang terbatas seperti gendang, kecer, gambang, saron, kenong, beberapa macam bentuk kecapi, seruling dan gong.

f.        Seni relief
Hiasan pada candi atau sering disebut relief yang terdapat pada candi-candi di Indonesia didasarkan pada cerita-cerita epik yang berkembang dalam kesusastraan yang bercorak Hindu ataupun Buddha. Pemilihan epik sebagai hiasan relief candi dikenal pertama kali pada candi Prambanan yang dibangun pada permulaan abad ke-10.

g.       Seni pertunjukkan
Seni Wayang

Pertunjukan wayang pada masa ini selalu dikaitkan dengan fungsi magisreligius yaitu sebagai bentuk upacara pemujaan pada arwah nenek moyang yang disebut Hyang . Kedatangan arwah nenek moyang diwujudkan dalam bentuk bayangan dari sebuah wayang yang terbuat dari kulit. Lakon wayang pada masa ini lebih banyak menceritakan tentang kepahlawanan dan petualangan nenek moyang, seperti lakon-lakon “Dewi Sri” atau “Murwakala”.

Pertunjukan wayang diadakan pada malam hari di tempat-tempat yang dianggap keramat. Pada masa Hindu-Buddha, kebudayaan pertunjukan wayang ini terus dilanjutkan dan lebih berkembang lagi dengan cerita-cerita yang lebih kaya.

Cerita-cerita yang dikembangkan dalam seni wayang kemudian sebagian besar mengambil epik yang berkembang dari agama Hindu-Buddha terutama cerita Ramayana dan Mahabharata. Meskipun demikian, tampaknya cerita yang dikembangkan dalam seni pertunjukan wayang tidak seluruhnya merupakan budaya atau cerita yang sepenuhnya berasal dari India. Unsur-unsur budaya asli memberikan ciri tersendiri dan utama dalam seni wayang.

Hal ini terlihat dengan dimasukkannya tokoh-tokoh baru yang kita kenal dengan sebutan Punakawan. Tokoh-tokoh punakawan seperti Bagong, Petruk dan Gareng (dalam seni wayang golek disebut Astrajingga atau Cepot, Dewala dan Gareng) tidak akan kita temukan dalam cerita-cerita epik populer India seperti Ramayana dan Mahabharata, sebab penciptaan tokoh-tokoh tersebut asli dari Indonesia.

Munculnya tokoh Punakawan ini untuk pertamakalinya diperkenalkan oleh Mpu Panuluh yang hidup pada aman kerajaan Kediri. Dalam karya sastranya yang berjudul Ghatotkacasraya, Mpu Panuluh menampilkan unsur punakawan yang berjumlah tiga, yaitu Punta, Prasanta dan Juru Deh sebagai hamba atau abdi tokoh Abhimanyu, putra Arjuna. Dalam karyanya tersebut, Mpu Panuluh masih menggambarkan tokoh punakawan sebagai tokoh figuran yang kaku dan porsi cerita terbesar masih dipegang oleh tokoh-tokoh utama.

Pada perkembangan selanjutnya tokoh punakawan ini menjadi tokoh penting dalam seni pertunjukan wayang, sebab memberikan unsur humor dan lelucon yang dapat membangun cerita wayang lebih menarik lagi. Dimasukkannya tokoh-tokoh punakawan juga seakan-akan untuk menggambarkan hubungan antara bangsa India dengan penduduk asli.

Pembauran budaya asli dengan budaya Hindu-Buddha terlihat juga pada pencampuradukan antara mitos-mitos lama dengan cerita-cerita baru dari India. Misalnya dalam kitab Pustaka Raja Purwa menggambarkan dewa-dewa agama Hindu yang turun ke bumi dan menjadi penguasa di tanah Jawa. Sang Hyang Syiwa menjadi raja di Medang Kamulan, Sang Hyang Wisnu menggantikan kedudukan Prabu Watu Gunung dengan gelar Brahma Raja Wisnupati.

h.      Arca dan patung

·         Arca batu Brahma.
·         Arca perunggu Siwa Mahadewa.
·         Arca batu Wisnu.
·         Arca-arca di Prambanan, di antaranya arca Lorojongrang.
·         Arca perwujudan Tribhuwanatunggadewi di Jawa Timur.
·         Arca Ganesa, yaitu dewa yang berkepala gajah sebagai dewa ilmu pengetahuan.

i.        Bangunan
Peninggalan yang menonjol antara lain berupa candi dan stupa
·         Candi Borobudur di Jawa Tengah, yang didirikan tahun 770 M.
·         Candi Kalasan di Jawa Tengah, meru-pakan candi Buddha tertua di Pulau Jawa yang didirikan pada tahun 778 M.
·         Candi Mendut di Jawa Tengah, yang didirikan pada masa Dinasti Syailendra.
·         Candi Sewu di Jawa Tengah
·         Candi Plaosan di Jawa Tengah.
·         Candi Sumberawan di Jawa Timur.

·         Candi Muara Takus di Sumatra.

1 komentar:

  1. Bingung mencari Situs Judi Taruhan Ayam Aman dan Terpercaya?

    Untuk Anda yang sedang mencari Situs Judi Taruhan Ayam, tidak perlu khawatir. Agen BOLAVITA juga menyediakan permainan Sabung Ayam terlengkap yang bisa Anda daftar dan mainkan.

    Banyak bonus yang disediakan oleh Agen BOLAVITA untuk Anda baik member baru maupun member setianya.

    Segera daftarkan dirimu di www.bolavita.ltd

    Baca juga = Cara Daftar Sabung Ayam di BOLAVITA

    Untuk info selanjutnya, bisa hubungi kami VIA:
    BBM : BOLAVITA / D8C363CA
    Whatsapp : +62812-2222-995
    Livechat 24 Jam

    BalasHapus